Satu Sura merupakan hari pertama dalam penanggalan Jawa yang juga diperingati sebagai malam tahun barunya orang Jawa. Nah, malam satu Suro itu biasanya diperingati setelah Magrib pada hari sebelum tanggal 1 pada kalender Jawa atau pun Hijriah, hal ini karena pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tradisi peringatan malam satu Suro di Keraton Jogja dan Surakarta. Perbedaan tersebut, yaitu pakaian yang dikenakan, keberadaan kebo bule, dan kebiasaan masyarakat ketika tradisi tersebut selesai dilaksanakan. Demikian pembahasan mengenai perbedaan peringatan Tradisi Malam Satu Suro adalah perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur [4], pada tanggal 1 Muharram menurut penanggalan Jawa. Tradisi ini memiliki nilai spiritual dan kebudayaan yang penting serta mengandung makna dan simbolisme yang kaya. Malam Satu Suro memiliki makna sebagai awal tahun dalam Tahun baru Jawa yang jatuh tiap tanggal Satu Suro merupakan salah satu malam yang sakral. Tak hanya itu, bulan Suro juga termasuk bulan sakral dalam adat masyarakat Jawa. Berbagai macam ritual dan tradisi digelar untuk menyambut kesakralannya. Seperti ragam tradisi malam satu suro di Jawa Timur. Berbagai macam tradisi yang identik dengan hal Berikut sejumlah tradisi satu suro di Yogyakarta dan Jawa Tengah. 1. Kirab Kebo Bule. Salah satu tradisi menyambut malam satu Suro yang paling banyak dikenal oleh masyarakat adalah arak-arakan atau kirab hewan kerbau yang bernama kebo bule atau Kebo Kiai Slamet. Kebo bule bukan sembarangan, karena hewan ini termasuk pusaka penting milik Keraton 5EsR.

kata kata jawa malam 1 suro